Label
Kamis, 28 Agustus 2014
VIHARA MURNI SAKTI
Posted on 08.50 by Unknown with No comments
Bangunan yang unik dan indah itu adalah Vihara Murni Sakti atau Tepekong Chin Sui Co Su. Konon, bangunan tersebut telah dibangun sejak tahun 1880 di Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur.
Adapun asal usul pembangunan Vihara Murni Sakti,
menurut seorang warga keturunan Cina, Johanes Kosasih, alias Bingho, 73 tahun, pembangunan vihara ini sekitar tahun 1880 Kerajaan Idi dipimpin oleh Tuanku Chik Bin Guci.
Saat itu, kata dia, Kota Idi Rayeuk merupakan salah satu kawasan perdangan dikawasan pantai timur Aceh. Ketika itu Idi banyak disinggahi para pedagang dari berbagai belahan dunia untuk memburu hasil bumi, salah satunya etnis Tionghoa.
Kemudian, kata dia lagi, sekitar tahun 1880-an silam, Kapten Lim (warga Tionghoa-red) yang datang dari Negeri Jirang Malaysia singgah ke Kota Idi Rayeuk, Aceh Timur untuk melakukan perdagangan hasil-hasil bumi dan ikan laut. Setelah dibeli, kemudian hasil bumi Idi tersebut dibawa ke Malaysia dan negara Singgapura.
“Warga-warga Tionghoa sebelumnya menetap di Malaysia dan ada juga di Singgapura. Setelah etnis Tionghoa mempunyai usaha masing-masing di Idi, akhirnya menetap disini,” kata dia.
Johanes Kosasih juga mengisahkan, menurut cerita-cerita warga Cina yang berada di Idi sebelum dirinya, selang beberapa waktu, saudagar-saudagar etnis Tionghoa datang untuk menghadap raja Idi Tuanku Chik Bin Guci.
Kepada raja, para saudagar ini memohon agar diizinkan untuk mendirikan sebuah Vihara sebagai tempat mereka beribadah. Hal ini karena sudah banyak warga Tionghoa yang menetap di Idi.
“Singkat waktu, Raja Idi mengabulkan permohonan itu dengan satu syarat, yaitu warga etnis Tionghoa harus membangun sebuah rumah dari besi untuk ditempati raja,” ujar Johanes Kosasih.
Hal ini disanggupi dan kini berdirilah Vihara Murni Sakti atau Tepekong Chin Sui Co Su.
Katanya, sejak ratusan tahun silam, komunitas etnis Tionghoa sudah membangun persaudaraan dan budaya dengan masyarakat Idi.
“Meski sekarang ini kami warga Cina hanya tinggal beberapa kepala keluarga lagi. Namun etnis minoritas Tionghoa yang memeluk agama Budha, tetap bisa hidup berdampingan dengan warga Idi yang beragama Islam,” kata Ko Bingho.
Sehari-hari, dia bersama istrinya, Susana Lowan, yang kini berumur 72 tahun, berprofesi sebagai penjual obat apotik, serta obat-obatan yang terbuat dari ramauan cina. “Saya masuk ke Idi sejak pada tahun 1960, atau sebelum PKI datang,” katanya. http://idilovers.wordpress.com/2013/05/18/vihara-murni-sakti-bukti-jejak-cina-di-idi/
This entry was posted in OBJEK WISATA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar