Minggu, 31 Agustus 2014

SAMAN GAYO di LOKOP ACEH TIMUR


Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (yang juga terdapat di Aceh Timur tepatnya di Lokop Kecamatan Serba Jadi). Tarian ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Suku Gayo.
Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011. Saat ini diaceh sendiri Banyak kita melihat pengelabuan terhadap bentuk asli tari saman gayo, dengan merubah bahasa yang seharusnya dilafadkan dengan bahasa gayo dan berubah menjadi bahasa aceh, yang seharusnya penari memakai pakaian gayo berubah menjadi pakaian yang tidak karu-karuan dengan warna warni yang tidak enak dipandang mata. Dan Anehnya lagi Kata Saman itu dikatakan sebagai bahasa aceh yang artinya tari, padahal jika kita melihat asal usul tari saman itu sendiri saman adalah nama diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria. Kenapa tarian ini dikhususkan pada penarinya adalah pria sebab begitulah suku gayo menghormati wanita dengan adat dan istiadat yang jelas dan sesuai agama islam, wanita begitu sangat dimuliakan tidak baik wanita dipertontonkan gerakannya dan ritme hentakan tubuhnya didepan lelaki/ kaum adam.
sumber:
foto: tribunnews

0 komentar:

Posting Komentar